Seorang dai tidak terkesan oleh suasana dan keadaan. Karena sebetulnya pemilik kekuasaan adalah Allah. Seorang dai tidak terkesan siapa presidennya. Karena sesungguhnya yang memberikan kekuasaan itu adalah Allah. Seorang dai tidak terkesan ke negara mana dia akan berdakwah. Bahkan ke antartika selama di sana ada manusia harus siap berangkat.
Seorang dai mendatangi manusia untuk diingatkan kepada jalan Allah. Bukan menunggu didatangi manusia yang meminta pencerahan. Seorang dai tidak pernah punya fikir untuk memperbaiki orang. karena sesungguhnya telinga yang paling dekat saat dia menyampaikan bayan dalah telinga dan hatinya sendiri.
Seorang dai tidak menggantungkan harapannya kepada makhluk, karena semua makhluk berhajat kepada Allah sedangkan ALlah tidak berhajat kepada makhluknya. Seorang dai tidak menunggu pintar dalam berdakwah, karena seorang dai ibarat calo bus yang hanya bertugas mengantar calon penumpang masuk ke dalam bus dan setelah itu terserah sopirnya, maka seorang dai hanyalah mengantar manusia ke jalan Allah sedang setelah dihantar maka Allah lah yang bertugas untuk memahamkannya. Seorang dai bisa saja turun iman dan malas untuk berdakwah, namun jika dalam kondisi malas janganlaha beralasan aneh aneh untuk menutupi kemalasannya, cukup katakan, saya lagi malas, mudah2an besuk semangat lagi. Karena dengan banyaknya alasan hanya akan memperjauh dari dakwah.
Seorang dai mengutamakan amar makruf dalam berdakwah, karena nahi munkar maupun eksekusi atas suatu perbuatan buruk , saat ini berada di tangan aparat negara yang jika orang umum mencoba melakukan hanya akan menimbulkan fitnah.
Seorang dai harus selalu belajar ilmu, karena ilmu ini penting untuk memberikan pencerahan.
Seorang dai harus selalu belajar ilmu, karena ilmu ini penting untuk memberikan pencerahan.